Friday, December 31, 2010

MENGAKU KETURUNAN RASULULLAH SAW

Assalamualaikum. Alhamdulillah bertemu sekali lagi. Maaf kerana terlalu lama tak update blog ini. Agak sibuk dengan sedikit urusan yang tidak membenarkan banyak masa mampu diperuntukkan untuk berblogging.

Adapun di postkan peringatan ini kerana saya melihat ada sekumpulan manusia yang mengaku Ahlul Bait. Mereka berdalil, berkata kami (kita kita yang bukan ahlul bait) ni tak layak membawa panji Muhammad SAW la. Tak layak memimpin jihad la. Jadi, Muhammad Al Fateh itu tak layak kah menjadi Raja memimpin tentera islam menakluk Konstatinopel? Sungguh jumud mereka ini. Oh.. apabila kejumudan menutup ruang untuk berfikir.

DAN pernah sekumpulan mereka ini menyerang group Peledak Roh Intifadhah yang mana saya salah seorang dari admin, mereka membawa dalil dalil yang pelik. Yang tak pernah didengar pun. Dari situ saya berminat menjejak mereka, mereka bersarang di satu group ini bercakap dengan dalil yang saya rasa hanya mereka sahaja fahami, (rasanya tak perlu saya dedahkan group apa. Biar lah menjadi rahsia ).

Dan yang paling menghibakan ialah Mereka berbangga bangga akan nasab itu dan melayan hujah kami seakan kami ni kasta rendah pula, seakan kami ini hina disisi mereka, dan mereka lebih mulia (Itupun kalau betul dan benar mereka dari nasab mulia Rasulullah SAW atau ... mereka bertopengkan nama , gelar yang berkait dengan ahlul bait? Wallahualam. )

Kita minta kepada Allah SWT petunjuk dalam melihat perkara ini.

Berikut adalah dalil yang saya sempat salin dari satu page di facebook, Al Fawaid. Semoga bermanfaat. Insha Allah. Biiznillah.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Di kalangan kaum muslimin, khususnya di negeri kita ini sering kita mendengar bahwa ada seorang tokoh yang merupakan keturunan Nabi. Dan dipanggillah tokoh tersebut dengan sebutan Habib. Bahkan gelar ini mereka buktikan dengan skema nasab yang mereka miliki yang bertemu dengan nasab Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, atau dibuktikan dengan semacam ijazah atau sertifikat.

Ironinya, gelar nasab ini seolah-olah menjadi kartu truf yang akhirnya menjadi dalil halalnya segala perbuatan yang mereka lakukan, baik perbuatan yang telah jelas merupakan kemaksiatan, perbuatan bid 'ah dalam agama, bahkan sampai kesyirikan.

Lalu bagaimanakah sebenarnya sikap Ahlussunnah terhadap tokoh keturunan Nabi atau yang disebut dengan golongan Ahlul Bait ?

Berikut ini pembahasannya oleh Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd al- 'Abbad al-Badr hafizhahullah.[1]

AKIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH TERHADAP AHLUL BAIT SECARA GLOBAL

Akidah Ahlussunnah wal Jamaah adalah pertengahan antara ekstrim kanan dan ekstrim kiri, antara berlebihan dan meremehkan dalam segala perkara akidah. Diantaranya adalah akidah mereka terhadap ahlu bait Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka taat terhadap setiap muslim dan muslimah dari keturunan Abdul Muththalib, dan juga kepada para istri Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam semuanya. Ahlus Sunnah mencintai mereka semua, memuji dan memposisikan mereka sesuai dengan kedudukan mereka secara adil dan objektif, bukan dengan hawa nafsu atau serampangan. Mereka mengakui keutamaan orang-orang yang telah Allah beri kemulian iman dan kemuliaan nasab. Barangsiapa yang termasuk dari ahlul bait dari kalangan sahabat Rasulullah, maka mereka (Ahlussunnah) mencintainya karena keimanan, ketaqwaan serta persahabatannya dengan Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam. Adapun mereka (ahlul bait) selain dari kalangan sahabat, maka mereka mencintainya karena keimanan. Ketaqwaan, dan karena kekerabatannya dengan Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam.

Mereka berpendapat bahwa kemuliaan nasab itu mengikut kepada kemuliaan iman. Barangsiapa yang diberi oleh Allah kedua hal tersebut, maka Dia telah menggabungkan antara dua kebaikan. Dan barangsiapa yang tidak diberi taufik untuk beriman, maka tidak bermanfaat sedikitpun kemuliaan nasabnya.

Allah ta 'ala berfirman:

"Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu". (QS. Al- Hujurat: 13)

Nabi shallallahu'alaihi wa sallam bersabda dalam akhir hadits yang panjang yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahihnya, No. 2699 dari Abu Hurairoh radliyallahu 'anhu:
"Barangsiapa yang diperlambat oleh amal perbuatannya maka nasabnya tidak bisa mempercepatnya"

Al Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah berkata seraya menjelaskan hadits di atas dalam kitab beliau Jami ' al 'Ulum wa al-Hikam, hlm. 308:

Maknanya, bahwa amal perbuatan itulah yang menjadikan seorang hamba sampai kepada derajat (yang tinggi) di akhirat, sebagaimana firman Allah:

"Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya" (QS. Al-An'am: 132)

Barangsiapa yang lambat amal ibadahnya untuk sampai kepada kedudukan yang tinggi disisi Allah, maka nasabnya tidak bisa mempercepatnya, untuk menyampaikannya kepada derajat tersebut. Sesungguhnya Allah menyediakan pahala sesuai dengan amal perbuatan bukan karena nasab, sebagaimana firman Allah:

"Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya ". (QS. Al-Mukminun: 101)

Dan Allah ta'ala telah memerintahkan untuk bersegera menuju ampunan dan rahmat-Nya dengan berbuat amal ibadah, sebagaimana firman-Nya:

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhan-mu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema 'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan". (QS. Ali 'Imron: 133-134)

Dan firman-Nya:

"Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka, Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka, Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun), Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka, mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya. " (QS. Al- Mukminun: 57-61)

Kemudian beliau (Imam Ibnu Rajab rahimahullah) menyebutkan dalil-dalil tentang anjuran untuk beramal shalih, dan bahwasanya hubungan dekat dengan Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam itu diperoleh dengan ketakwaan dan amal shalih. Lalu beliau menutup pembahasan tersebut dengan hadits 'Amr bin al-'Ash radliyallahu'ahu yang tercantum dalam Shahih Bukhori, No. 5990 dan Shahih Muslim, No. 215, beliau berkata:

Yang menguatkan hal ini semua adalah apa yang tercantum dalam Shahih Bukhori dan Muslim dari 'Amr bin al-'Ash radliyallahu'anhu, bahwasanya dia mendengar Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

"Sesungguhnya keluarga Abu Fulan bukan termasuk wali-wali (orang terdekat) ku. Sesungguhnya waliku adalah Allah dan orang- orang yang shalih dari orang-orang yang beriman ".

Ini mengisyaratkan bahwa kedekatan dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak bisa diraih dengan nasab, meskipun dia adalah kerabat beliau. Akan tetapi, semuanya itu diraih dengan iman dan amal shalih[2].

Barangsiapa yang lebih sempurna keimanannya dan amal shalihnya, maka dia lebih agung kedekatannya dengan beliau, baik dia punya kekerabatan dengan beliau atau tidak. Hal ini senada dengan apa yang diucapkan oleh seorang penyair:

Sungguh,
tidaklah manusia itu (dimuliakan) melainkan dengan agamanya Maka janganlah engkau meninggalkan ketakwaan,
dan hanya bersandar kepada nasab Sungguh,
Islam telah mengangkat derajat Salman (al-Farisi) dari Persia,
Dan kesyirikan menghinakan Abu Lahab yang memiliki nasab (yang tinggi).

Hal ini berlainan dengan ahli bid'ah, mereka berlebihan terhadap sebagian ahlul bait. Bersamaaan itu pula mereka berbuat kasar/jahat terhadap mayoritas para sahabat radliyallahu 'anhum.

Diantara contoh sikap berlebihan mereka terhadap 12 imam ahlul bait, yakni Ali, Hasan, Husain radliyallahu 'anhum, dan 9 keturunan Husain adalah apa yang tercantum dalam kitab al-Kafi oleh al-Kulaini [3]

Bab: Bahwasanya Para Imam Tersebut Mengetahui Kapan Mereka Akan Mati dan Tidaklah Mereka Mati Melainkan Dengan Pilihan Mereka Sendiri ,

Bab: Bahwasanya Imam- Imam 'alaihimussalam Mengetahui Apa Yang Telah Terjadi dan Apa yang Akan Terjadi, dan Tidak Ada Sesuatupun yang Tersembunyi Bagi Mereka.

Dan sikap berlebihan inipun dikatakan oleh tokoh kontemporer mereka, yaitu Khumaini dalam kitabnya al-Hukumah al-Islamiyah (hlm. 52 cetakan al-Maktabah al-Islamiyah al-Kubra, Teheran):

"Sesungguhnya diantara prinsip madzhab kita, bahwasanya imam- imam kita memiliki kedudukan yang tidak bisa digapai oleh malaikat yang dekat (dengan Allah) maupun Nabi yang diutus (oleh Allah)."

HARAMNYA MENGAKU-NGAKU SEBAGAI KETURUNAN AHLUL BAIT

Semulia-mulia nasab adalah nasab Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan semulia-mulia penisbatan adalah kepada beliau shallallahu'alaihi wa sallam dan kepada Ahli Bait, jika penisbatan itu benar.

Dan telah banyak di kalangan arab maupun non arab penisbatan kepada nasab ini. Maka barangsiapa yang termasuk ahlul bait dan dia adalah orang yang beriman, maka Allah telah menggabungkan antara kemuliaan iman dan nasab.

Barangsiapa mengaku-ngaku termasuk dari nasab yang mulia ini, sedangkan ia bukan darinya, maka dia telah berbuat suatu yang diharamkan, dan dia telah mengaku-ngaku memiliki sesuatu yang bukan miliknya.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Orang yang mengaku-ngaku dengan sesuatu yang tidak dia miliki maka dia seperti pemakai dua pakaian kebohongan." (HR. Muslim dalam Shahihnya, no. 2129 dari Hadits Aisyah radliyallahu 'anha)

Disebutkan dalam hadits-hadits shahih tentang keharaman seseorang menisbatkan dirinya kepada selain nasabnya. Diantara hadits Abu Dzar radliyallahu 'anhu, bahwasanya ia mendengar Nabi shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

"Tidaklah seseorang menisbatkan kepada selain ayahnya sedang dia mengetahui melainkan dia telah kufur kepada Allah. Dan barangsiapa yang mengaku-ngaku sebagai suatu kaum dan dia tidak ada hubungan nasab dengan mereka, maka hendaklah dia menyiapkan tempat duduknya di neraka ".[4] (HR. al-Bukhori, No. 3508 dan Muslim, No. 112)

Dan dalam Shahih al-Bukhori, No. 3509 dari hadits Watsilah bin al- Asqa 'zia berkata: Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda: "Seungguhnya sebesar-besar kedustaan adalah penisbatan diri seseorang kepada selain ayahnya atau mengaku bermimpi sesuatu yang tidak dia lihat, atau dia berkata atas nama Rasulullah apa yang tidak beliau katakan ".[5]


-------------------

[1] Diterjemahkan dan disarikan dari kitab Fadhl Ahli al-Bait wa ' Uluww Makaanatihim 'Inda Ahli as-Sunnah wa al-Jamaah oleh Abdurrahman bin Thayyib as-Salafi. Sumber: Majalah Adz- Dzakiroh Vol. 8 No. 1 Edisi 43 Ramadhan-Syawal 1429 H. Kami hanya mengambil dua poin pembahasan dari tiga yang dibahas di sumber tersebut.

[2] Jadi, mereka yang mengaku sebagai keturunan Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam tapi gemar berbuat kesyirikan, mengkultuskan kuburan-kuburan wali yang tekah mati, mengadukan shalawat-shalawat bid 'ah plus syirik (Burdah, Nariyah, Diba', dll), rajin berbuat bid'ah (perayaan maulid, haul, tahlilan), maka tidak bermanfaat pengakuan tersebut dan tidak perlu dihormati ataupun disegani.

[3] Tokoh ulama Syi'ah yang binasa pada tahun 329 H, yang dianggap seperti imam Bukhorinya Ahlussunnah.

[4] Maka berhati-hatilah mereka yang memakan harta kaum muslimin dengan cara batil dengan mengaku-ngaku sebagai keturunan rasul shallallahu 'alaihi wa sallam dan menjual akidah mereka.

[5] Diringkaskan dari halaman 84-95

Alaykumussalam.

Sunday, December 19, 2010

Proper Response to Anti-Islamic Pages/ Groups

Brothers and Sisters, (those from the disbelievers who love to mock and slander) would continue to create more and more of such blasphemous anti-Islamic pages as they know nothing else but to abuse and slander.

The more we react to them the more they are prompted by their Shaytaan to create such pages. Remember that this is exactly their plot to make us boil with anger and in the process lose our focus on our Da ’wah and Is’lah activities.

When we come across to any Anti-Islamic Page/ Group on Facebook,

the first thing we do is tell our friends to report it. But little of us do realize that we are actually helping the very Anti-Islamic Page/Group that we are trying to fight. In the click-click world of the Internet, the first thing most people will do is click on the URL, thereby increasing the hit counts and boasting the morale of the site owners.

Second, it will help it with search engine placement, as some of them will use the increased curiosity traffic as a sign of popularity. You just helped create the monster you wanted to fight! It is very easy to setup a Facebook Fan Page/ Group. It is very difficult to draw traffic to it. The most anti-Islamic Page/Group will die if it faces a frozen counter. That would happen if you just leave it alone. But if you are out there telling everyone about it and asking them to report, you are in effect volunteering as their publicity department. That is exactly what they need. It is a common sense.

If you don’t want people to visit a site/page/group, just don’t tell them about it. If there is a well-established site (like CNN) it makes sense to launch a protest campaign. But for most of the sites the prudent course is just the opposite. Leave it alone. Let it die of neglect. A natural death. The greater the lack of attention, the faster will be the death of this would be monster.

So the next time you receive an alert letter about an anti-Islamic site Facebook Page or Group, just delete it. If you respond to the sender, do not include the original text of his alert email, because even that may help some search engine ranking. There were thousands of anti-Islamic websites sites and anti Islamic Facebook Page/Group that sprang up recently but died soon after because, luckily, our enthusiasts had not noticed them and had not publicized them through their alert letters. The ones that receive the alert letter mention will, unfortunately, survive and may thrive.


So, then what is a better alternative?

1. We should instantly report the page without informing others.

2. We should instantly share instead a link to our favorite Islamic page here on facebook as our status and ask our friends to join.


So, what will this accomplish?

1. We will have the page reported.

2. We will not unintentionally become its marketing agents.

3. We will prevent the page from becoming popular by the number of clicks/likes it would have gotten, therefore increasing the probability of it getting deleted by facebook.

4. We will save our Brothers/Sisters in Islam from seeing inappropriate material.

5. We will save our Brothers/Sisters in Islam from getting angry.

6. We will save our Brothers/Sisters in Islam from responding against the teachings of Islam.

7. By sharing the link to our favorite Islamic page instead & asking our fb friends to join, we will be doing Da ’wah – which is an obligation upon all Muslims.

8. For all the friends who join our favorite Islamic page & learn/follow the teachings, we will Insha ’Allah gain the same amount of good deeds as them without any extra effort.

9. We will all instead use our time wisely and properly.

10. We will all become better Muslims Insha ’Allah.

There maybe more benefits, but let’s start following this from now onwards so that we can prevent another anti-Islamic (e.g Draw Muhammad Day) situation – at least on Facebook. Insha’Allah. On the Internet, the best use of your energies is to promote the good Islamic sites.

Let the good drive out the evil. Please help spread this message by sharing it on your profile/Islamic pages.

JazakumAllahu khayran. : ) and AllΓ’h (Subhanahu Wa Ta’ala) knows best.

Don't forget to Share this article after Reading!

By Shakir Parvez Khan, Shadman Saquib and Manners in Islam

May 22nd, 2010

iloveAllaah.com Team


From the Humble Servant of The Lord .. Mohamad Azhaari Shah Sulaiman

Friday, December 3, 2010

The Need To Change

Frankly, i have not been studying for three weeks . Cool, huh?

You know, beforetimes, i used to target on achieving 4.0 CGPA , Sitting for an extra subject, and achieve Band 6 in MUET.

Achievable or not? Let's see.

I didn't even plan to
go for Tuition classes, group discussion? That's just not Azhaari.

O ye Azhaari, you must remember! You must take note and keep in mind that you are TAKING STPM! One of the world's hardest examination on Earth !

If ever you couldn't fight against your laziness, you'll be doomed!

And So, stop dreaming to achive the 4.0 CGPA if you couldn't change yourself. That's just all.

From the Humble Servant of The Lord .. Mohamad Azhaari Shah Sulaiman

Friday, December 31, 2010

MENGAKU KETURUNAN RASULULLAH SAW

Assalamualaikum. Alhamdulillah bertemu sekali lagi. Maaf kerana terlalu lama tak update blog ini. Agak sibuk dengan sedikit urusan yang tidak membenarkan banyak masa mampu diperuntukkan untuk berblogging.

Adapun di postkan peringatan ini kerana saya melihat ada sekumpulan manusia yang mengaku Ahlul Bait. Mereka berdalil, berkata kami (kita kita yang bukan ahlul bait) ni tak layak membawa panji Muhammad SAW la. Tak layak memimpin jihad la. Jadi, Muhammad Al Fateh itu tak layak kah menjadi Raja memimpin tentera islam menakluk Konstatinopel? Sungguh jumud mereka ini. Oh.. apabila kejumudan menutup ruang untuk berfikir.

DAN pernah sekumpulan mereka ini menyerang group Peledak Roh Intifadhah yang mana saya salah seorang dari admin, mereka membawa dalil dalil yang pelik. Yang tak pernah didengar pun. Dari situ saya berminat menjejak mereka, mereka bersarang di satu group ini bercakap dengan dalil yang saya rasa hanya mereka sahaja fahami, (rasanya tak perlu saya dedahkan group apa. Biar lah menjadi rahsia ).

Dan yang paling menghibakan ialah Mereka berbangga bangga akan nasab itu dan melayan hujah kami seakan kami ni kasta rendah pula, seakan kami ini hina disisi mereka, dan mereka lebih mulia (Itupun kalau betul dan benar mereka dari nasab mulia Rasulullah SAW atau ... mereka bertopengkan nama , gelar yang berkait dengan ahlul bait? Wallahualam. )

Kita minta kepada Allah SWT petunjuk dalam melihat perkara ini.

Berikut adalah dalil yang saya sempat salin dari satu page di facebook, Al Fawaid. Semoga bermanfaat. Insha Allah. Biiznillah.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Di kalangan kaum muslimin, khususnya di negeri kita ini sering kita mendengar bahwa ada seorang tokoh yang merupakan keturunan Nabi. Dan dipanggillah tokoh tersebut dengan sebutan Habib. Bahkan gelar ini mereka buktikan dengan skema nasab yang mereka miliki yang bertemu dengan nasab Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, atau dibuktikan dengan semacam ijazah atau sertifikat.

Ironinya, gelar nasab ini seolah-olah menjadi kartu truf yang akhirnya menjadi dalil halalnya segala perbuatan yang mereka lakukan, baik perbuatan yang telah jelas merupakan kemaksiatan, perbuatan bid 'ah dalam agama, bahkan sampai kesyirikan.

Lalu bagaimanakah sebenarnya sikap Ahlussunnah terhadap tokoh keturunan Nabi atau yang disebut dengan golongan Ahlul Bait ?

Berikut ini pembahasannya oleh Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd al- 'Abbad al-Badr hafizhahullah.[1]

AKIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH TERHADAP AHLUL BAIT SECARA GLOBAL

Akidah Ahlussunnah wal Jamaah adalah pertengahan antara ekstrim kanan dan ekstrim kiri, antara berlebihan dan meremehkan dalam segala perkara akidah. Diantaranya adalah akidah mereka terhadap ahlu bait Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka taat terhadap setiap muslim dan muslimah dari keturunan Abdul Muththalib, dan juga kepada para istri Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam semuanya. Ahlus Sunnah mencintai mereka semua, memuji dan memposisikan mereka sesuai dengan kedudukan mereka secara adil dan objektif, bukan dengan hawa nafsu atau serampangan. Mereka mengakui keutamaan orang-orang yang telah Allah beri kemulian iman dan kemuliaan nasab. Barangsiapa yang termasuk dari ahlul bait dari kalangan sahabat Rasulullah, maka mereka (Ahlussunnah) mencintainya karena keimanan, ketaqwaan serta persahabatannya dengan Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam. Adapun mereka (ahlul bait) selain dari kalangan sahabat, maka mereka mencintainya karena keimanan. Ketaqwaan, dan karena kekerabatannya dengan Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam.

Mereka berpendapat bahwa kemuliaan nasab itu mengikut kepada kemuliaan iman. Barangsiapa yang diberi oleh Allah kedua hal tersebut, maka Dia telah menggabungkan antara dua kebaikan. Dan barangsiapa yang tidak diberi taufik untuk beriman, maka tidak bermanfaat sedikitpun kemuliaan nasabnya.

Allah ta 'ala berfirman:

"Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu". (QS. Al- Hujurat: 13)

Nabi shallallahu'alaihi wa sallam bersabda dalam akhir hadits yang panjang yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahihnya, No. 2699 dari Abu Hurairoh radliyallahu 'anhu:
"Barangsiapa yang diperlambat oleh amal perbuatannya maka nasabnya tidak bisa mempercepatnya"

Al Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah berkata seraya menjelaskan hadits di atas dalam kitab beliau Jami ' al 'Ulum wa al-Hikam, hlm. 308:

Maknanya, bahwa amal perbuatan itulah yang menjadikan seorang hamba sampai kepada derajat (yang tinggi) di akhirat, sebagaimana firman Allah:

"Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya" (QS. Al-An'am: 132)

Barangsiapa yang lambat amal ibadahnya untuk sampai kepada kedudukan yang tinggi disisi Allah, maka nasabnya tidak bisa mempercepatnya, untuk menyampaikannya kepada derajat tersebut. Sesungguhnya Allah menyediakan pahala sesuai dengan amal perbuatan bukan karena nasab, sebagaimana firman Allah:

"Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya ". (QS. Al-Mukminun: 101)

Dan Allah ta'ala telah memerintahkan untuk bersegera menuju ampunan dan rahmat-Nya dengan berbuat amal ibadah, sebagaimana firman-Nya:

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhan-mu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema 'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan". (QS. Ali 'Imron: 133-134)

Dan firman-Nya:

"Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka, Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka, Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun), Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka, mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya. " (QS. Al- Mukminun: 57-61)

Kemudian beliau (Imam Ibnu Rajab rahimahullah) menyebutkan dalil-dalil tentang anjuran untuk beramal shalih, dan bahwasanya hubungan dekat dengan Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam itu diperoleh dengan ketakwaan dan amal shalih. Lalu beliau menutup pembahasan tersebut dengan hadits 'Amr bin al-'Ash radliyallahu'ahu yang tercantum dalam Shahih Bukhori, No. 5990 dan Shahih Muslim, No. 215, beliau berkata:

Yang menguatkan hal ini semua adalah apa yang tercantum dalam Shahih Bukhori dan Muslim dari 'Amr bin al-'Ash radliyallahu'anhu, bahwasanya dia mendengar Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

"Sesungguhnya keluarga Abu Fulan bukan termasuk wali-wali (orang terdekat) ku. Sesungguhnya waliku adalah Allah dan orang- orang yang shalih dari orang-orang yang beriman ".

Ini mengisyaratkan bahwa kedekatan dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak bisa diraih dengan nasab, meskipun dia adalah kerabat beliau. Akan tetapi, semuanya itu diraih dengan iman dan amal shalih[2].

Barangsiapa yang lebih sempurna keimanannya dan amal shalihnya, maka dia lebih agung kedekatannya dengan beliau, baik dia punya kekerabatan dengan beliau atau tidak. Hal ini senada dengan apa yang diucapkan oleh seorang penyair:

Sungguh,
tidaklah manusia itu (dimuliakan) melainkan dengan agamanya Maka janganlah engkau meninggalkan ketakwaan,
dan hanya bersandar kepada nasab Sungguh,
Islam telah mengangkat derajat Salman (al-Farisi) dari Persia,
Dan kesyirikan menghinakan Abu Lahab yang memiliki nasab (yang tinggi).

Hal ini berlainan dengan ahli bid'ah, mereka berlebihan terhadap sebagian ahlul bait. Bersamaaan itu pula mereka berbuat kasar/jahat terhadap mayoritas para sahabat radliyallahu 'anhum.

Diantara contoh sikap berlebihan mereka terhadap 12 imam ahlul bait, yakni Ali, Hasan, Husain radliyallahu 'anhum, dan 9 keturunan Husain adalah apa yang tercantum dalam kitab al-Kafi oleh al-Kulaini [3]

Bab: Bahwasanya Para Imam Tersebut Mengetahui Kapan Mereka Akan Mati dan Tidaklah Mereka Mati Melainkan Dengan Pilihan Mereka Sendiri ,

Bab: Bahwasanya Imam- Imam 'alaihimussalam Mengetahui Apa Yang Telah Terjadi dan Apa yang Akan Terjadi, dan Tidak Ada Sesuatupun yang Tersembunyi Bagi Mereka.

Dan sikap berlebihan inipun dikatakan oleh tokoh kontemporer mereka, yaitu Khumaini dalam kitabnya al-Hukumah al-Islamiyah (hlm. 52 cetakan al-Maktabah al-Islamiyah al-Kubra, Teheran):

"Sesungguhnya diantara prinsip madzhab kita, bahwasanya imam- imam kita memiliki kedudukan yang tidak bisa digapai oleh malaikat yang dekat (dengan Allah) maupun Nabi yang diutus (oleh Allah)."

HARAMNYA MENGAKU-NGAKU SEBAGAI KETURUNAN AHLUL BAIT

Semulia-mulia nasab adalah nasab Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan semulia-mulia penisbatan adalah kepada beliau shallallahu'alaihi wa sallam dan kepada Ahli Bait, jika penisbatan itu benar.

Dan telah banyak di kalangan arab maupun non arab penisbatan kepada nasab ini. Maka barangsiapa yang termasuk ahlul bait dan dia adalah orang yang beriman, maka Allah telah menggabungkan antara kemuliaan iman dan nasab.

Barangsiapa mengaku-ngaku termasuk dari nasab yang mulia ini, sedangkan ia bukan darinya, maka dia telah berbuat suatu yang diharamkan, dan dia telah mengaku-ngaku memiliki sesuatu yang bukan miliknya.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Orang yang mengaku-ngaku dengan sesuatu yang tidak dia miliki maka dia seperti pemakai dua pakaian kebohongan." (HR. Muslim dalam Shahihnya, no. 2129 dari Hadits Aisyah radliyallahu 'anha)

Disebutkan dalam hadits-hadits shahih tentang keharaman seseorang menisbatkan dirinya kepada selain nasabnya. Diantara hadits Abu Dzar radliyallahu 'anhu, bahwasanya ia mendengar Nabi shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

"Tidaklah seseorang menisbatkan kepada selain ayahnya sedang dia mengetahui melainkan dia telah kufur kepada Allah. Dan barangsiapa yang mengaku-ngaku sebagai suatu kaum dan dia tidak ada hubungan nasab dengan mereka, maka hendaklah dia menyiapkan tempat duduknya di neraka ".[4] (HR. al-Bukhori, No. 3508 dan Muslim, No. 112)

Dan dalam Shahih al-Bukhori, No. 3509 dari hadits Watsilah bin al- Asqa 'zia berkata: Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda: "Seungguhnya sebesar-besar kedustaan adalah penisbatan diri seseorang kepada selain ayahnya atau mengaku bermimpi sesuatu yang tidak dia lihat, atau dia berkata atas nama Rasulullah apa yang tidak beliau katakan ".[5]


-------------------

[1] Diterjemahkan dan disarikan dari kitab Fadhl Ahli al-Bait wa ' Uluww Makaanatihim 'Inda Ahli as-Sunnah wa al-Jamaah oleh Abdurrahman bin Thayyib as-Salafi. Sumber: Majalah Adz- Dzakiroh Vol. 8 No. 1 Edisi 43 Ramadhan-Syawal 1429 H. Kami hanya mengambil dua poin pembahasan dari tiga yang dibahas di sumber tersebut.

[2] Jadi, mereka yang mengaku sebagai keturunan Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam tapi gemar berbuat kesyirikan, mengkultuskan kuburan-kuburan wali yang tekah mati, mengadukan shalawat-shalawat bid 'ah plus syirik (Burdah, Nariyah, Diba', dll), rajin berbuat bid'ah (perayaan maulid, haul, tahlilan), maka tidak bermanfaat pengakuan tersebut dan tidak perlu dihormati ataupun disegani.

[3] Tokoh ulama Syi'ah yang binasa pada tahun 329 H, yang dianggap seperti imam Bukhorinya Ahlussunnah.

[4] Maka berhati-hatilah mereka yang memakan harta kaum muslimin dengan cara batil dengan mengaku-ngaku sebagai keturunan rasul shallallahu 'alaihi wa sallam dan menjual akidah mereka.

[5] Diringkaskan dari halaman 84-95

Alaykumussalam.

Sunday, December 19, 2010

Proper Response to Anti-Islamic Pages/ Groups

Brothers and Sisters, (those from the disbelievers who love to mock and slander) would continue to create more and more of such blasphemous anti-Islamic pages as they know nothing else but to abuse and slander.

The more we react to them the more they are prompted by their Shaytaan to create such pages. Remember that this is exactly their plot to make us boil with anger and in the process lose our focus on our Da ’wah and Is’lah activities.

When we come across to any Anti-Islamic Page/ Group on Facebook,

the first thing we do is tell our friends to report it. But little of us do realize that we are actually helping the very Anti-Islamic Page/Group that we are trying to fight. In the click-click world of the Internet, the first thing most people will do is click on the URL, thereby increasing the hit counts and boasting the morale of the site owners.

Second, it will help it with search engine placement, as some of them will use the increased curiosity traffic as a sign of popularity. You just helped create the monster you wanted to fight! It is very easy to setup a Facebook Fan Page/ Group. It is very difficult to draw traffic to it. The most anti-Islamic Page/Group will die if it faces a frozen counter. That would happen if you just leave it alone. But if you are out there telling everyone about it and asking them to report, you are in effect volunteering as their publicity department. That is exactly what they need. It is a common sense.

If you don’t want people to visit a site/page/group, just don’t tell them about it. If there is a well-established site (like CNN) it makes sense to launch a protest campaign. But for most of the sites the prudent course is just the opposite. Leave it alone. Let it die of neglect. A natural death. The greater the lack of attention, the faster will be the death of this would be monster.

So the next time you receive an alert letter about an anti-Islamic site Facebook Page or Group, just delete it. If you respond to the sender, do not include the original text of his alert email, because even that may help some search engine ranking. There were thousands of anti-Islamic websites sites and anti Islamic Facebook Page/Group that sprang up recently but died soon after because, luckily, our enthusiasts had not noticed them and had not publicized them through their alert letters. The ones that receive the alert letter mention will, unfortunately, survive and may thrive.


So, then what is a better alternative?

1. We should instantly report the page without informing others.

2. We should instantly share instead a link to our favorite Islamic page here on facebook as our status and ask our friends to join.


So, what will this accomplish?

1. We will have the page reported.

2. We will not unintentionally become its marketing agents.

3. We will prevent the page from becoming popular by the number of clicks/likes it would have gotten, therefore increasing the probability of it getting deleted by facebook.

4. We will save our Brothers/Sisters in Islam from seeing inappropriate material.

5. We will save our Brothers/Sisters in Islam from getting angry.

6. We will save our Brothers/Sisters in Islam from responding against the teachings of Islam.

7. By sharing the link to our favorite Islamic page instead & asking our fb friends to join, we will be doing Da ’wah – which is an obligation upon all Muslims.

8. For all the friends who join our favorite Islamic page & learn/follow the teachings, we will Insha ’Allah gain the same amount of good deeds as them without any extra effort.

9. We will all instead use our time wisely and properly.

10. We will all become better Muslims Insha ’Allah.

There maybe more benefits, but let’s start following this from now onwards so that we can prevent another anti-Islamic (e.g Draw Muhammad Day) situation – at least on Facebook. Insha’Allah. On the Internet, the best use of your energies is to promote the good Islamic sites.

Let the good drive out the evil. Please help spread this message by sharing it on your profile/Islamic pages.

JazakumAllahu khayran. : ) and AllΓ’h (Subhanahu Wa Ta’ala) knows best.

Don't forget to Share this article after Reading!

By Shakir Parvez Khan, Shadman Saquib and Manners in Islam

May 22nd, 2010

iloveAllaah.com Team


From the Humble Servant of The Lord .. Mohamad Azhaari Shah Sulaiman

Friday, December 3, 2010

The Need To Change

Frankly, i have not been studying for three weeks . Cool, huh?

You know, beforetimes, i used to target on achieving 4.0 CGPA , Sitting for an extra subject, and achieve Band 6 in MUET.

Achievable or not? Let's see.

I didn't even plan to
go for Tuition classes, group discussion? That's just not Azhaari.

O ye Azhaari, you must remember! You must take note and keep in mind that you are TAKING STPM! One of the world's hardest examination on Earth !

If ever you couldn't fight against your laziness, you'll be doomed!

And So, stop dreaming to achive the 4.0 CGPA if you couldn't change yourself. That's just all.

From the Humble Servant of The Lord .. Mohamad Azhaari Shah Sulaiman

Thou art here to read and think and comprehend and relate and smile!!

iqra'.. Bismi Rabb.. Umat islam kini bagai buih dilautan.. Dilanda ombak ia hilang. Ditiup angin ia pecah..